Selasa, 18 Juni 2013

PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA


Mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita jika kita mendengar “Harga BBM akan naik!”. Ya, pemerintah berencana akan menaikan harga premium yang tadinya Rp 4500/liter menjadi Rp 6500/liter dan solar sebesar Rp 4500/liter menjadi Rp 5500/liter. Hal ini mungkin akan memberatkan beberapa kalangan masyarakat tertentu yang berpenghasilan dibawah Rp 500.000/bulan. Bayangkan saja, pasti sayur mayur akan mengalami kenaikan karena mobil sayur yang dipakai untuk mengangkut sayuran dari desa ke kota tersebut menggunakan Bahan Bakar Premium bukan? Mereka akan menaikan semua sayuran karena bila tidak dinaikan, otomatis mereka akan mengalami kerugian. Kenaikan BBM ini juga akan mempengaruhi barang-barang dan jasa yang ada di masayarakat. Contoh dari Jasa yaitu jasa Ojek. Mungkin jasa ini tidak terlalu berpengaruh besar bagi beberapa masyarakat, tetapi untuk sebagian kecil sangat berpengaruh. Terutama bagi si pengendara nya sendiri, kemungkinan orang yang menggunakan jasa mereka akan berpindah alih menggunakan transportasi umum. Dengan begitu, otomatis penghasilan mereka akan perlahan menurun.
Jika terjadi kenaikan harga BBM di negara ini, akan sangat berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan penawaran (supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan, Sementara penawaran adalah banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu.

Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang akibat permintaan dari masyarakat menurun. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi melonjak akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga BBM. Masalah lain yang akan muncul akibat dari kenaikan harga BBM adalah kekhawatiran akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini terjadi karena dampak kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi akibat komponen biaya yang mengalami kenaikan. Kondisi perekonomian Indonesia juga akan mengalami masalah. Daya beli masyarakat terhadap barang akan menurun, munculnya pengangguran baru, dan lain sebagainya.
Tapi di balik itu semua, ternyata BBM akan menyehatkan bagi keuangan negara kita. Mengapa demikian, karena seharusnya anggaran dari subsisdi yang ada selama ini, seharusnya bisa digunakan untuk kepentingan langsung yang menyentuh masyarakat tapi selama ini salah sasaran. Selain itu, kenaikan BBM akan menyehatkan APBN, karena terjadi penghematan anggaran. Kenaikan BBM, bisa mendorong percepatan diversifikasi energi. Murahnya harga BBM membuat program diversifikasi energi seperti penggunaan biogas, biodiesel dan gas terhambat, karena masyarakat masih  menjadikan BBM subsidi sebagai primadona.
Pemerintah ternyata telah memikirkan nasib rakyat miskin, pemerintah telah menyiapkan 5 program khusus sebagai antisipasi dari dampak kenaikan BBM bersubsidi, 5 program tersebut yaitu :
1.   Memberikan tambahan 3 bulan alokasi beras bagi 15,5 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan harga jual Rp.1.600/kg dan maksimal pembelian sebanyak 15 kg. Danakan mulai didistribusikan pada bulan Juli dan September 2013 dengan alokasi anggaran sebesar Rp 4,3 triliun
2.   Menambah nilai bantuan untuk program keluarga harapan (PKH) menjadi Rp.1,8 juta untuk 2,4 juta Rumah Tangga Sangat Miskin. Alokasi anggaranya mencapai Rp 700 miliar.
3.   Memperluas program Bantuan Siswa Miskin (BSM) untuk anak SD, SMP, dan SMA menjadi 16,6 juta siswa. Total anggarannya mencapai angka  Rp 7,5 triliun
4.  Menciptakan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dengan alokasi sebesar Rp 150 ribu setiap Rumah Tangga Sasaran (RTS) selama 5 bulan dan akan disebar ke 15,5 juta RTS. Total anggaran dari program ini sebanyak Rp 11,6 triliun.
5.    Membuat program-program pembangunan infrastruktur. Seperti, Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur Permukiman (P4-IP), Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (P4-SPAM), Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur SDA (P4-ISDA).
Kenaikan harga BBM akan membawa pengaruh terhadap kehidupan iklim berinvestasi. Biasanya kenaikan BBM akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, naiknya biaya distribusi dan menaikan juga inflasi. Harga barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli merosot, kerena penghasilan masyarakat yang tetap. Ujungnya perekonomian akan stagnan dan tingkat kesejahteraan terganggu.
Di sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat, yang paling parah adalah semakin sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha menyesuaikan produksinya sesuai dengan kenaikan harga serta penurunan permintaan barang.
Hal-hal di atas terjadi jika harga BBM dinaikkan, Bagaimana jika tidak? Subsidi pemerintah terhadap BBM akan semakin meningkat juga. Meskipun negara kita merupakan penghasil minyak, dalam kenyataannya untuk memproduksi BBM kita masih membutuhkan impor bahan baku minyak juga.

Dengan tidak adanya kenaikan BBM, subsidi yang harus disediakan pemerintah juga semakin besar. Untuk menutupi sumber subsidi, salah satunya adalah kenaikan pendapatan ekspor. Karena kenaikan harga minyak dunia juga mendorong naiknya harga ekspor komoditas tertentu. Seperti kelapa sawit, karena minyak sawit mentah merupakan subsidi minyak bumi. Income dari naiknya harga minyak sawit mentah tidak akan sebanding dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk subsidi minyak.
Jika kenaikan ini akan benar-benar dilaksanakan, saya sebagai mahasiswa hanya bisa berharap akan ada solusi terbaik dari kedua belah pihak. Baik di pihak pemerintah dan di pihak masyarakat. Semoga keputusan yang diambil tidak merugikan salah satu pihak. 
 
Semoga negeri ini makmur sejahtera ...
Contoh Judul Skripsi Untuk Jurusan Ekonomi Manajemen - Dalam ulasan kali ini saya akan berbagi kepada rekan mahasiswa yakni Contoh Judul Skripsi Untuk Jurusan Ekonomi Manajemen yang saya kutip dari berbagai sumber.

Dibawah ini terdapat beberapa judul skripsi untuk jurusan ekonomi manajemen :
  1. Cycle Effectiveness Sebagai Ukuran Kinerja Proses Bisnis Internal (Studi Kasus: Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta)
  2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performa Mahasiswa pada Mata Kuliah Akuntansi Pengantar
  3. Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri: Pemilu Legislatif 5 April 2004
  4. Analisa Korelasi Produk Untuk Penentuan Strategi Pasar-Studi Kasus Swalayan Matahari Galeria Yogyakarta
  5. Analisis Pengaruh Economics Value Adde Return on Equity dan Return on Invesment terhadap return Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEJ, Periode Penlt. 2000-2002
  6. Penetapan Tarif Berdasarkan Analisis Biaya Deferensial pada Perusahaan Penerbangan
  7. Efektivitas dan Efisiensi Sistem Pemungutan Pajak Hotel dan Restoran
  8. Evaluasi Struktur Pengendalian Intern Sistem Informasi persediaan (Studi Kasus pada U.D. Suparno Sunyoto H. Abdurrohman di Sragen)
  9. Perancangan Pengembangan Sistem Informasi Penggajian Berbasis Komputer
  10. Penggunaan Teknologi Informasi Untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi Akuntansi Bagi Pelanggan (Studi Kasus pada perusahaan Listrik Negara Cabang Yogyakarta)
  11. Penerapan Analisa Cost Profit Volume di PT Kusumatex Yogyakarta.
  12. Perilaku Akuntansi Qordhul Hasan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah Margi Rizki Bahagia Yogyakarta.
  13. Evaluasi Kebijakan Harga Jual Air Minum (Studi Kasus Pada PDAM Sleman)
  14. Evaluasi Sistem Anggaran Pada Rumah Sakit (Studi Kasus Pada RSU. PKU Muahammadiyah Yogyakarta).
  15. Analisis Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 1997-2002
  16. Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik: Studi Kasus pada Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Daerah Istimewa Tahun 2004
  17. Analisis Perilaku Brand Switching Konsumen dalam Pembelian Telepon Seluler
  18. Analisis Lending Rate Metode Cost Plus Pricing Berdasarkan Biaya Dana Rata-rata Tertimbang (Studi Kasus di PD BPR Bank Pasar Kab. Bantul)
  19. Pengaruh Sistem Pengolahan Data Elektronik Pada Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal Penerimaan Kas (Studi Kasus pada PT. Hyundai Mobil Indonesia)
  20. Evaluasi Kekomprehensivan, Kekoherenan, Keterukuran dan Keseimbangan Strategic Plan (Studi Kasus di Unit Industri PT. Kawasan Industri Jababeka Bekasi)
  21. Analisis dan Desain Sistem Informasi pada Siklus Pendapatan
  22. Pengaruh Iklan Rokok Djarum Black Terhadap Persepsi, Sikap dan Minat Beli Konsumen di Yogyakarta.
  23. Hubungan antara Rasio-Rasio Keuangan dengan Kebijakan Deviden
  24. Evaluasi Efektivitas Pengendalian Intern pada Perusahaan Batik pada PT. Ardiyanto Wijayakusuma Batik Jogjakarta
  25. Identifikasi Weekend Effect Pada Akhir Pekan Biasa dan Akhir Pekan yang Panjang di Bursa Efek Jakarta
  26. Evaluasi Terhadap Pemberian Kredit Pada PT. Bank Internasional Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta.
  27. Evaluasi Pengendalian Internal Penjualan Kredit dan Piutang (Studi Kasus pada PT. Tainesia Jaya Surakarta, Jawa Tengah)
  28. Evaluasi Penyusunan Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Manajemen (Studi Kasus Pada RSU PKU Muhammadiyah Bantul)
  29. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya “Non Performing Loan” (NPL)
  30. Pelacakan Biaya Menggunakan Activity Based Costing Dalam Proses Pengajuan Kredit. Studi Kasus: BPR Redjo Bawono Yogyakarta.
  31. Pengaruh Ukuran Iklan terhadap Advertising Recall, Perceived Product Quality dan Perceived Store Credibility
  32. Evaluasi Proses Penyusunan Anggaran Sekolah (Studi Kasus pada SMUN 7 Yogyakarta)
  33. Analisis Struktur Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Kinerja Managerial.
  34. Analisis Kesenjangan Antara Harapan Jasa Konsumen dengan Persepsi Jasa yang diterima Konsumen
  35. Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Peristiwa Peledakan Bom di Hotel JW. Marriot Jakarta
  36. Analisis Pengaruh Investment Opportunity Srt Terhadap Harga Saham.
  37. Analisis Tata Letak Pabrik Untuk Meningkatkan Produktivitas Dengan Bantuan Algoritma Craft pada PT. Kurnia Astasurya
  38. Analisis Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan Wisatawan pada Obyek WIsata Candi Borobudur
  39. Analisis Atas Tahap Penerimaan Penugasan Pada KAP HLB Hadori dan Rekan Cabang Yogyakarta
  40. Pengaruh EVA,CVA,FVA) Terhadap MVA: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Tahun 1993-1996.
  41. Desain Sistem Informasi pada Perusahaan Transportasi (Studi Kasus PT. Hasri Dant Transportasi Abadi)
  42. Analisis Hubungan Antara Motivasi Manajerial Kepemimpinan dan Kepuasan Karyawan (Studi Pada PT. Bank Bukopin Cab. Utama Yogyakarta)
  43. Penerapan MRP Sebagai Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku dan Analisis Kualitas Produk pada PT. Pandatex Magelang
  44. Kepatuhan Privacy Disclosure Web Site Komersial Indonesia Terhadap Prinsip-Prinsip Fair Information Practice
  45. Studi Price Earning Ratio Perusahaan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta.
  46. Analisis Pengaruh Persepsi Nilai Nutrisi Produk Terhadap Minat Beli Konsumen
  47. Evaluasi Kinerja Saham Syariah dan Saham Konvensional
  48. Analisis Pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan pada Bengkel PT. Astra Internasional Tbk.-Honda Cabang Yogyakarta
  49. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Atas Pengetahuan Yang Harus Dikuasai Oleh Auditor Sistem Informasi
  50. Pengujian Empiris Model Kualitas Pelayan – Kepuasan. Studi Pada Konsumen Departemen Store Mirota Kampus Yogyakarta.
  51. Evaluasi Penyusunan Anggaran Berdasarkan Aktivitas (Activity-Based Budgeting) di Fakultas Psikologi UGM
  52. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Prestasi Kerja Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu
  53. Analisis Kepuasan Pelanggan Hotel Novotel Yogyakarta
  54. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Bawahan dengan Locus Control Sebagai Variable Pemoderasi (kasus di RS Mata ‘Dr. Yap’)
  55. Tingkat Kewirausahaan dan Kesuksesan Usaha: Studi pada Usaha Kecil Menengah
  56. Analisis Pengaruh Organizational Zitizenship Behaviour terhadap Kinerja Studi Pada Perawat di Rumah Sakit Islam Klaten
  57. Pengaruh proses dan Sistem Penilaian Kinerja terhadap Contextual Performance dan Persepsi Keakuratan Penilaian Kinerja pada Karyawan Bank Muamalat Cabang Semarang
  58. Pengaruh Persepsi Lingkungan Fisik Terhadap Persepsi Waktu Antri dan Kepuasan Konsumen
  59. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Nilai Pelayanan dan Kepuasan Konsumen terhadap Niat Untuk Membeli
  60. Stres Kerja, Perbandingan Antara Pria dan Wanita Serta Antar Posisi Jabatan
  61. Analisis Faktor-Faktor Lokasi yang Mempengaruhi Kesuksesan Bisnis
  62. Pengaruh kepuasan kerja dan Stres terhadap Motivasi Serta Hubungannya dengan Persepsi Karyawan Tentang Produktivitas Kerja (Studi Kasus STBA LIA Yogyakarta)
  63. Evaluasi Proyek Pembangunan Jalan di Ruas Kampung Nambah Dadi Kecamatan Terbanggi Besar Kab. Lampung Tengah
  64. Pengaruh Ketidakberwujudan Jasa Terhadap Harapan Kualitas Jasa
  65. Pengaruh Komitmen Afektif, Continuance, dan Normatif terhadap Turnover Intention pada PG Gondang Baru Klaten.
  66. Analisis Tentang Tingkat Kepuasan Pasien IRNA I Bedah Terhadap Kinerja Tenaga Dokter dan Perawat RS Dr. Sardjito Yogyakarta
  67. Terapan Pengendalian Kualitas Statistikal pada Perusahaan Mebel (Studi PT Baroba Furniture)
  68. Analisis Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap kemakmuran Investor dan Volume Perdagangan Saham
  69. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Deterjen Krim di Yogya: Studi Kasus Pada Deterjen Krim Merek Sabun Ekonomi
  70. Keputusan Lokasi Bisnis dan Kesuksean Bisnis (Studi Kasus Bisnis Apotek di Kota Yogyakarta)
  71. Competitive Positioning Media Radio di Tengah Pergeseran Politik dan Era Reformasi Indonesia
  72. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Pada Sektor Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 1996-2002
  73. Pengaruh Kualitas Nilai Pelayanan dan Kepuasan terhadap Niat Beli Konsumen : Studi pada restauran Pizza Hut Yogyakarta
  74. Peningkatan Mutu Pelayanan dengan Pendekatan Cycle Efectiveness dalam Proses Bisnis Internal
  75. Analisis Pengaruh Pengumuman Akuisisi terhadap Return Saham dan Volume Perdagangan Saham perusahaan Akuisitor dan perusahaan Non Akuisitor di BEJ tahun 1999-2003
  76. Analisis Hubungan Beta dan Return Saham Dalam Model CAPM (Studi Empiris di BEJ)
  77. Analisis Pengaruh Variabel Kepribadian Introversion Conscientiousnes, Instability Opennes, Agreability dan Activity pada Orientasi Karyawan Terhadap Pelanggan
  78. Analisis Pengaruh Trust Effective Commitment, Calculative Commitment, Satisfaction dan Payment Equity terhadap Customer Referrals dan Number of Service Purchased
  79. Analisis Hubungan Tingkat Kepuasan Kerja (Job Satisfaction) terhadap Komitmen (Commitment) Organisasional Karyawan
  80. Analisis Hubungan Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Metode ROI, ROE, EVA, dan Pengaruhnya Terhadap MVA
  81. Analisis Pengaruh Iklan Ponds Terhadap Respons Audiensi Mahasiswi
  82. Pengaruh Atas Persepsi Image Celebrity Spokesperson Terhadap Intention to Purchase
  83. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Lama Bekerja Karyawan Terhadap Tingkat Kepemimpinan Karismatik Atasan
  84. Analisis Perbedaan Sikap dan Niat Beli Mahasiswa yang Memiliki Religiosity Relatif Kuat dan yang Memilki Religiosity Tidak Kuat.
  85. Analisis Kualitas Pendanaan Pada Perusahaan Dana Pensiun SMART
  86. Analisis Kinerja Manajemen Sebelum dan Setelah Pembentukan Strategic Business Unit
  87. Activity Based Costing Sebagai Sistem Penentuan Biaya Produksi pada Perusahaan Manufaktur (Studi Kasus pada PT Hasta Mulia)
  88. Kinerja Saham Seputar Seasoned Equity Offerings (SEO) di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2002
  89. Audit Siklus Pendapatan dan Siklus Pengeluaran (Studi Kasus pada KOPMA UGM)
  90. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Consideration Komitmen Organisasi dan Motivasi Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Budgetary Slack
  91. Penilaian Kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Dengan Konsep Balanced Score (Studi Kasus di PDAM Kabupaten Sleman)
  92. Analisa Biaya Untuk penentuan Harga Jual (Studi Kasus pada Refi Chemical Industry)
  93. Evaluasi Kinerja Manajemen Kualitas Dalam Proses Pemberian Kredit dengan Pendekatan Six Sigma (Studi Kasus pada Bank ‘X’)
  94. Analisis Pengaruh Pemecahan Saham terhadap Earnings, Likuiditas, dan Return Saham
  95. Penerapan Activity Based Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Jasa Pemeriksaan Laboratorium (Studi Kasus pada RS. Mata “Dr. YAP” Yogyakarta
  96. Pengaruh Keluasan Pengungkapan Sukarela terhadap Volume Perdagangan Saham
  97. Hubungan Pengumuman Pemecahan saham terhadap Perubahan Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta (Tahun 2000-2003)
  98. Analisis Biaya Kualitas dalam Rangka Peningkatan Kualitas Produk
  99. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Perdagangan saham pada IPO di BEJ Tahun 2000-2002
  100. Faktor-faktor Penyebab Adanya Audit Delay sehingga Publikasi Laporan Keuangan Perusahaan menjadi Terlambat (Studi Empiris persh. di BEJ). Semoga bermanfaat

Kamis, 13 Juni 2013

Masalah Pertanian dan Pangan Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN

I.                   LATAR BELAKANG MASALAH
Di Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Namun, sektor ini merupakan sektor yang kurang  mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kelembagaan permodalan, hingga kebijakan lain  yang belum sepenuhnya  menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang belum terarah tujuannya bahkan  justru semakin menjerumuskan sektor ini pada keterpurukan. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa bukan saja kurangnya memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian secara keseluruhan itu sendiri.


II.                MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Tujuan penulisan makalah ini selain sebagai prasyarat pencapaian nilai dalam mata kuliah Perekonomian Indonesia adalah sebagai :
1.      Untuk mengetahui pentingnya peranan sektor pertanian dan pangan di negara Indonesia.
2.      Memberi penjelasan mengenai permasalahan yang di hadapi Indonesia dalam sektor pertanian dan pangan.
3.      Menganalisa masalah-masalah pertanian dan pangan yang terjadi di Indonesia dan kemudian memberi solusi yang sekiranya dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.


BAB II
POKOK PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :
1.      Apakah potensi pertanian di negara Indonesia ?
2.      Bagaimana peranan sektor pertanian dan pangan di negara Indonesia ?
3.      Masalah apa saja yang dihadapi Indonesia dalam sektor pertanian dan pangan, dan apa penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut ?
4.      Apa solusi yang sekiranya dapat ditempuh untuk menghadapi krisis pangan di negeri agraris Indonesia ?


BAB III
ISI

Indonesia dikatakan sebagai Jambrut Katulistiwa, negeri yang “gemah ripah lohjinawi” kata orang suku Jawa. Melihat renstra pertanian 2010 – 2014, potensi pertanian Indonesia begitu banyak seperti :
1.      Keanekaragaman hayati dan agroekosistem.
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Bio-diversity darat Indonesia merupakan terbesar nomor dua di dunia setelah Brasil, sedangkan bila termasuk bio-diversity laut maka Indonesia merupakan terbesar nomor satu di dunia. Hal ini dapat dilihat dengan beragamnya jenis komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat. Potensi pertanian Indonesia ini, banyak dimanfaatkan oleh negara-negara lain seperti Belanda, Prancis, Amerika, dll.
2.      Lahan Pertanian
Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54
juta ha yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian.
Indonesia secara alamiah adalah negara pertanian dengan budaya pertanian yang kuat. Bertani, beternak, ber-buru ikan dilaut adalah keahlian turun-menurun yang sudah mendarah daging. Teknologi dasar ini sudah dikuasai sejak jaman nenek moyang. Karena budaya pertanian yang telah mendarah daging maka usaha pada sektor pertanian kita sebenarnya dapat dipacu untuk ber-produksi sebesar-besarnya.


Beberapa komoditas unggulan daerah-daerah di Indonesia, misalnya sebagai berikut :
a.       Aceh yang berpotensi untuk nilam dan tanaman hutan.
b.      Banten dengan komoditas unggulan padi, palawija, sayuran dan buah-buahan.
c.       Sumatera Utara yang terkenal dengan tanaman perkebunannya seperti ke-lapa sawit, karet dan tembakau deli.
d.      Sumatera barat dengan padi dan bengkuangnya.
e.       Sumatera Selatan dengan buah duku.
f.       Jawa Barat dengan padi, hortikultura dan teh.
g.      Maluku (Studi kasus pada Kabupaten Buru seluas 511.619 ha) memiliki komoditas unggulan terdiri kelapa 9.250,2 ha, kakao 6.239, 5 ha, cengkeh 4.590, 6 ha, jambu mete 1.213,4 ha, kopi 196, 6 ha, pala 456, 8 ha, dan vanili 12,0 ha, dengan rata-rata produktivitas yang diperoleh dari komoditas perkebunan adalah: kelapa 1,2 t/ha/tahun, kakao 1,0 t/ha/tahun, cengkeh 1,2 t/ha/tahun, jambu mete 0,8 t/ha/tahun, kopi 1,0 t/ ha/tahun, dan pala 0,9 t/ha/tahun.
h.      Dsb.

A.           MASALAH-MASALAH YANG DI HADAPI INDONESIA DALAM SEKTOR PERTANIAN DAN PANGAN

Indonesia adalah sebuah negara agraris yang terbesar di dunia, namun Indonesia juga merupakan negara pengimpor pangan no. 2 di dunia, hal ini tentunya sangat tidak sesuai untuk sebuah negara agraris yang seharusnya mampu untuk mencukupi kebutuhan pangannya sendiri. Indonesia secara terang-terangan menggantungkan hidup masyarakatnya dari impor komoditas pertanian. Masalah pertanian dan pangan yang dihadapi Indonesia, yang selanjutnya berdampak pada supply pangan dalam negeri dan kesejahteraan petani lokal antara lain :
1.      Tidak adanya pembatasan keran impor terhadap produk-produk pangan luar negeri
2.      Harga dan kualitas produk pertanian Indonesia kalah bersaing dengan produk luar negeri
3.      Pemerintah kurang memperhatikan kesejahteraan petani, sehingga banyak petani yang beralih profesi dan meninggalkan pekerjaannya sebagai petani
4.      Masih banyak lahan-lahan yang berpotensi untuk pertanian yang tidak dimanfaatkan secara optimal
5.      Disisi lain, daerah-daerah yang padat penduduk justru mengalami kekurangan lahan untuk pertanian


Salah satu faktor utama menyebabkan menurunnya kinerja pertanian dalam negeri adalah dikarenakan tidak adanya” brand”  pada pertanian Indonesia.  Di lapangan terungkap bahwa petani kecil di Indonesia kurang dapat bersaing dengan perusahaan pertanian besar dalam pasar ekspor. Pemerintah Indonesia lebih memilih merangkul pengusaha pertanian besar untuk mengisi pasar ekspor dengan pertimbangan lebih mampu memenuhi kualitas ekspor. Hal ini tentu saja sangat disayangkan mengingat petani kecil seakan tersisihkan dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah, padahal ada banyak petani kecil yang bergantung dengan hasil pertaniannya. Faktor lain yang menyebabkan turunya pamour pertanian indonesia adalah  akibat kurang  cakapnya  sumberdaya manusia di bidang  tehnologi pertanian.

B.            UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI MASALAH DALAM SEKTOR PERTANIAN DAN PANGAN DI INDONESIA

Berbagai kajian menunjukkan bahwa bagi negara berkembang, dalam era liberalisasi perdagangan bebas  seperti sekarang ini, kunci utama untuk memenangkan perdagangan bebas ini adalah peningkatan daya saing produk. Daya saing merefleksikan kemampuan negara mendorong peningkatan nilai tambah produk secara berkelanjutan melalui pengembangan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang pertanian. Ini salah satunya tercermin dari ketidakmampuan  untuk  mendorong peningkatan daya saing yang sebenarnya merupakan prasyarat utama untuk meraih manfaat dari pemberlakuan “Pasar bebas”. Belum baiknya  infrastruktur, kelembagaan di bidang permodalan, birokrasi yang kompleks, masih maraknya pungutan, dan peraturan yang tidak pro-agribisnis adalah beberapa bukti  yang menunjukkan bahwa kita belum mampu menciptakan ‘necessary condition’ untuk mendorong peningkatan daya saing dibidang pertanian. Pembangunan pertanian di Indonesia hendaknya pula  tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Memang hal ini merupakan tantangan dan menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa. Permasalahannya dalam bidang pertanian mencakup variabel-variabel yang sangat luas dan kompleks  bukan hanya masalah tehnis/tehnologinya tetapi juga meliputi variabel lain berupa variabel ekonomi makro, lingkungan, sosial budaya, bahkan juga dipengaruhi oleh kebijakan politik.


v  Menuju Swasembada Pangan 2014
Kebijakan impor dan swasembada pangan adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Swasembada Pangan 2014 merupaka sebuah kebijakan mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia yang diambil pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2009 dalam jangka waktu lima tahun untuk komoditas strategis. Sampai Desember 2012, pemerintah telah mendorong produksi padi melampaui target produksi, yaitu 68,96 juta ton dari target 67,82  juta ton, dan untuk komoditas lainnya seperti jagung, kedelai dan gula secara umum telah mencapai 85 persen dari target di tahun 2012. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia telah menerapkan revitalisasi pertanian di tujuh daerah baik ada aspek tanah, benih dan bibit, fasilitas pendukung, sumber daya manusia, petani pembiayaan, lembaga petani, dan teknologi serta industri hilir.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Sebagai negara agraris yang besar di dunia, Indonesia hendaknya mampu untuk mewujudkan ketahanan pangannya sendiri, namun pada kenyataannya tidak demikian. Indonesia justru tergantung pada impor komoditas pertanian. Tidak adanya pembatasan terhadap produk impor, menyebabkan produk dalam negeri tidak laku dijual di pasaran karena harga dan kualitasnya yang kalah bersaing dengan produk impor. Dampak yang kemudian ditimbulkan dari masalah tersebut adalah menurunya produktivitas sektor pertanian dan pangan dalam negeri, menurunya kesejahteraan petani lokal, bahkan berpotensi untuk terjadi krisis pangan.

B.     SARAN
Dilihat dari potensi alam, luas lahan pertaniannya, dan betapa suburnya kondisi alam tentunya Indonesia adalah negara yang seharusnya mampu untuk berswasembada pangan. Bahkan Indonesia pernah dijuluki sebagai “Macan Asia” karena mampu berswasembada pangan hampir 20 tahun yang lalu. Kebijakan untuk mewujudkan ketahanan pangan Indonesia yang telah diambil pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2009 dalam jangka waktu 5 tahun, menurut penulis sedikit banyak akan menempuh keberhasilan apabila diiringi dengan :
1.      Pembatasan terhadap produk impor yang mampu dihasilkan massal di dalam negeri
2.      Menciptakan tata kelola kebijakan perdagangan pangan yang jelas melindungi produsen pangan dalam negeri
3.      Cermat melihat perkembangan pangan global, sehingga Indonesia mampu melihat peluang untuk memasarkan produknya di pasar global
4.      Meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dan kelembagaan petani
5.      Pengembangan inovasi dan IPTEK dibidang teknologi pertanian
6.      Pemanfaatan lahan pertanian secara optimal dan tepat
7.      Memperkuat pendanaan disektor pangan dan pertanian
8.      dsb.